Sunday, March 18, 2007

BANTUAN REVITALISASI SMK BM ISTIQLAL


Thursday, March 8, 2007

Menggagas Profesionalisme Guru, Oleh : Gelora Mulia Lubis . SPd


MEMBURU SERTIFIKASI

Menjadi guru yang profesional adalah sebuah dambaan bagi setiap guru dan harapan bagi segenap insan pendidikan. Pada penerimaan guru baru dan momen pelatihan-pelatihan, kalimat yang laris bak pisang goreng di musim hujan ditandaskan pada sang objek atau peserta adalah, “Jadilah guru yang tampil profesional!” Jika diurut makna profesional diawali dari akar kata ‘profesi’ yang secara etimologi bermakna mengakui, pengakuan, mampu atau ahli dalam melaksanakan pekerjaan tertentu. Dalam terminologi, profesi dapat diartikan sebagai suatu pekerjaan yang mempersyaratkan pendidikan tinggi bagi pelakunya yang ditekankan pada pekerjaan mental, bukan pekerjaan manual (Sudarwan, 2002:21).

Kemampuan mental yang dimaksud adalah adanya persyaratan pengetahuan teoritis sebagai instrumen untuk melakukan perbuatan praktis, sehingga muncullah organisasi-organisasi profesi yang bersumber dari produk akademik. Oleh karena itu makna profesionalisme sudah pasti sifat-sifat profesional yang dimiliki oleh si individu. Sebagai perbandingan seorang yang profesional memiliki sikap dan perbuatan yang berbeda dengan orang yang tidak profesional, meskipun dalam pekerjaan yang sama atau berada pada satu ruang kerja.

Pengembangan Profesionalisme Guru Seorang guru ketika ditanya apakah ia sudah profesional mengajar dan mendidik, tentulah jawaban relatif dan variatif. Ada yang merasa sudah maksimal dan atas dasar panggilan hati, ada juga yang merasa belum maksimal disebabkan berbagai faktor. Untuk menyikapi pertanyaan tersebut perlu kita pahami terlebih dahulu tiga unsur sebagai penopang terbangunnya keprofesionalan yaitu pengetahuan, keahlian dan persiapan akademik.

Pengetahuan adalah segala fenomena yang diketahui dan disistematisasikan sedemikian rupa sehingga memiliki daya prediksi, daya kontrol dan daya aplikasi tertentu. Pada tingkat yang lebih tinggi pengetahuan bermakna kapasitas kognitif yang dimiliki oleh seseorang melalui proses belajar. Keahlian bermakna penguasaan substansi keilmuan yang dapat dijadikan acuan dalam bertindak. Keahlian juga bermakna kepakaran dalam cabang ilmu tertentu untuk dibedakan dengan kepakaran lainnya.

Persiapan akademik mengandung arti bahwa untuk mencapai derajat profesional atau memasuki jenis profesi tertentu, diperlukan persyaratan pendidikan khusus, berupa pendidikan prajabatan yang dilaksanakan pada lembaga pendidikan formal, seperti Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) khususnya untuk guru. Sepertinya sudah tidak asing lagi bagi pendengaran kita, berbagai tuntutan dan predikat yang haruis disandang sebagai guru atau tenaga pendidik.

Guru harus dapat digugu dan ditiru, pahlawan tanpa tanda jasa atau meminjam istilah anak-cucu Bapak Umar Bakri-nya penyanyi Iwan Fals yang perlu dilestarikan. Namun di sisi lain, hemat penulis, untuk pembentukan keprofesionalan guru diperkuat beberapa hal yang harus dimilikinya dan terus disikapi oleh pemerintah. Pertama, kemampuan intelektual yang perlu digali dan dipertajam dengan input sains dan teknologi yang terkini. Kedua, pengetahuan spesialisasi yang terus dikembangkan sehingga menimbulkan kompetensi atau skill yang inovatif.

Ketiga, kemampuan komunikasi dan mengkomunikasikan ilmu kepada siswa dan lingkungan sosial. Ketiga poin di atas mengajak guru tidak hanya merasa puas dengan ilmu pengetahuan yang diperoleh melalui bangku akademiknya saja, tetapi lebih jauh diharapkan mampu merencanakan dan mewujudkan strategi-strategi baru yang cerdas dan dinamis. Idealnya guru profesional harus memiliki bakat, minat, panggilan jiwa, idealisme, komitmen, kualifikasi akademik, kompetensi, tanggung jawab dan prestasi kerja.

Guru harus terus membaca buku-buku pengetahuan terkini, mengikuti informasi up to date surat kabar, mampu mengoperasikan komputer dan internet dan senantiasa mengikuti pendidikan latihan (diklat) serta melakukan penelitian terhadap perkembangan ilmu yang diperoleh. Seperti halnya guru-guru di Jepang yang secara terus-menerus meningkatkan profesionalismenya dengan mengikuti diklat dan mendiskusikan kembali serta mengevaluasi diri (Widiani, Gerbang, 2003:72).

Di Amerika Serikat, pengembangan tenaga kependidikan yang efektif dilakukan dengan beberapa model. Derdasarkan hasil studi pustaka (library research) yang dilakukan Crandall (Eric Digest, 1994) mengemukakan model-modelnya sebagai berikut: pertama, model mentoring yaitu para praktisi atau guru berpengalaman merilis pengetahuannya atau memberikan mentor kepada praktisi yang kurang berpengalaman. Kedua, model praktik (terapan) berupa penautan antara hasil-hasil riset yang relevan dengan kebutuhan-kebutuhan praktis.

Dan yang ketiga, model inkuiri yaitu pendekatan yang berbasis pada guru-guru. Pada model ini guru-guru diharuskan aktif menjadi peneliti, seperti membaca, bertukar pendapat, melakukan observasi, menganalisa kritis dan merefleksikan pengalaman praktis. Pengembangan profesionalisme guru perlu mendapat respon aktif dari semua pihak, termasuk kepala sekolah, pihak penyelenggara sekolah (yayasan bila swasta) dan pemerintah melalui pejabat yang berwenang. Kongkritnya, pemerintah jangan terlalu banyak menuntut kualitas pendidikan di negeri ini bila tidak dibarengi dengan perhatian yang cukup serius. Kenyataan di lapangan, nasib guru masih sangat memprihatinkan. Terlebih lagi guru swasta yang belum memiliki ketegasan standar honor minimum.

Masih banyak Yayasan pendidikan sebagai penyelenggara yang profit taking oriented dan tanpa disadari kurang mengabaikan hak asasi guru sebagai manusia.

Misalnya, guru yang sakit tidak dapat mengajar, kompensasinya harus dipotong. Ibarat pepatah sudah jatuh tertimpa tangga pula. Seperti halnya celetukan para guru yang kerap kita dengar, “buru-buru beli buku, langganan surat kabar, beli komputer, makan saja pun masih terancam mengutang…!” Selamat Datang Era Sertifikasi! Sebagaimana yang tercantum dalam Undang Undang Guru dan Dosen No. 14 tahun 2005, guru memang memiliki kedudukan sebagai tenaga profesional pada jenjang pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan formal yang dibuktikan dengan sertifikat pendidik. Fungsinya tidak lain meningkatkan martabat dan peran guru sebagai agen pemelajaran dan meningkatkan mutui pendidikan nasional.

Guru yang profesional perlu mendapat penilaian dan pengakuan dari pihak lain. Bila sudah ada usaha dan upaya guru itu sendiri meningkatkan kualitas diri dan profesinya, maka sudah pasti selayaknya diberikan penghargaan (award) sebagai reinforce (penguat) dan motivasi. Penghargaan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang oleh Maslow disebut dengan esteem need yaitu kebutuhan untuk dihargai atau dihormati orang lain sebagai manusia yang mempunyai harga diri dan hak asasi. Jika guru sudah memiliki kualifikasi akademik yang tepat dan kompetensi yang maksimal, maka sudah saatnya dirinya memperoleh sertifikasi pendidik sebagaimana terinci dalam UU Guru dan Dosen tersebut.

Sertifikasi Pendidik diselenggarakan oleh Perguruan Tinggi yang memiliki program pengadaan tenaga kependidikan (LPTK) yang terakreditasi dan berstandar A yang ditunjuk oleh pemerintah. Begitu juga pemerintah dan pemda (pemerintah daerah) wajib menyediakan anggaran untuk peningkatan profesionalitas dan pengabdian guru pada satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh pemerintah, pemda dan masyarakat.

Seminar sehari tentang Sosialisi Sertifikasi Pendidik yang berlangsung di Auditorium Unimed hari Selasa 7 Nopember 2006 lalu menguraikan petunjuk pelaksanaannya. Disebutkan bagi guru yang lulus uji sertifikasi dengan aspek penilaian pedagogik, kepribadian, akademik, sosial dan lingkungannya, akan mendapatkan sertifikat dengan konsekuensi memperoleh tunjangan profesional berupa satu bulan gaji ditambah tunjangan fungsional. Kebijakan ini berlaku untuk semua guru tanpa memandang status, apakah guru PNS, guru bantu (honorer) atau guru swasta.

Disebutkan pula uji seleksi ini dimulai tahun 2007 (khusus guru PNS) dan berlaku aktif tahun 2009. Hanya saja banyak kalangan pesimis apakah fasilitas ini serius dapat dinikmati guru – guru swasta. Jangan-jangan sebatas lips service penghibur lara. Sehingga muncul stetmen yang bernada emosi, “sampai kapan sih Negara terus menganak-emaskan guru negeri?” Okey, baiknya kita berhusnuzon saja.

Kita semua pastilah menyambut baik kebijakan ini, terlebih lagi guru swasta yang emngibarakannya bagai air hujan di musim kemarau yang panjang.. Namun, soal realisasinya pastilah semua berharap tidak dicemari dengan adanya unsur KKN, koneksi dan kedekatan. Tim penguji juga diharapkan lebih objektif tanpa ada unsur prioritas-prioritasan.

Misalnya, lebih memprioritaskan guru berstatus PNS, sehingga mengabaikan eksistensi guru swasta yang mungkin sebenarnya dianggap lebih layak. Akhirnya, penulis berharap semua guru Indonesia baik PNS maupun swasta teruslah mengembangkan pontensi dan mengevaluasi diri. Jangan kita larut dengan status negeri atau swasta yang kita sandang. Karena itu penulis lebih setuju menyebut diri kita sebagai Guru Indonesia Bersama kita kaji, seberapa jauh ketertinggalan kita akan ilmu pengetahuan terkini. Sudah seberapa besar sumbangsih kita mengantarkan anak bangsa dalam mengisi kemerdekaan ini. Dengan pengevaluasian tersebut, kita akan lebih berpacu mengejarnya. Insya’ Allah!

Wednesday, March 7, 2007

Kasihanilah yang ada di Bumi Oleh : Ketua Yayasan Perguruan Istiqlal Dr.H.Jumino Suhadi.MA


NISCAYA YANG DI LANGIT AKAN MENGASIHIMU……

Mengawali lembar halaman majalah EKSPRESI edisi kedua tahun 2007 ini, tim redaksi Alhamdulillah telah berhasil menemui Bapak DR. H. Jumino Suhadi, M.A, Ph.D (Ketua Yayasan Perguruan Istiqlal) untuk melakukan wawancara. Tim sudah cukup lama menunggu kesempatan untuk dapat bercengkeramah dengan beliau. Pasalnya, jadwal aktivitas Pak Jumino (panggilan akrabnya - red)

cukup padat. Jadi, dengan berhasilnya tim tentu saja profil tokoh pendidikan edisi ini langsung diisi oleh Bapak kelahiran 29 Nopember 1954 ini.

Rekan pembaca, sosok tokoh kita ini cukup dikenal bagi kalangan dunia pendidikan. Selain memimpin dan mengelola Yayasan Perguruan Istiqlal, Pak Jumino yang gemar berolahraga ini pernah menjabat sebagai Rektor II UISU, Dekan Fakultas Sastra UISU dan kini menyibukkan diri menjadi Ketua Program Pasca Sarjana pada lembaga yang sama. Motto yang selalu dipegang beliau adalah Kasihilah yang ada di bumi, niscaya yang di langit akan mengasihimu.

Pak Jumino sangat mengidolakan Nabi Muhammad SAW. Kesahajaan beliau memancarkan ketawaduan dan justru melahirkan keakraban bagi siapa saja yang menemuinya. Di lingkungan perguruan yang dikelolanya segenap guru dan pegawai cukup bersimpati kepada beliau. Iklim kerja dan sekolah yang islami senantiasa ditanamkannya. Rekan pembaca inilah hasil wawancara kami bersamanya yang dikemas dengan suasana keakraban.

Bisa cerita nggak, Pak ! Bagaimana awal pendirian Perguruan Istiqlal Delitua !

Perguruan Istiqlal didirikan berdasarkan panggilan nurani yang terpatri setelah menekuni dunia pendidikan sebagai profesi selama 18 tahun. Kasus di berbagai yayasan swasta menunjukkan bahwa hubungan antara Yayasan – Kepala Sekolah – dan Guru tidak sinergis sehingga tidak tercipta nuansa pendidikan yang kondusif, baik kepala sekolahnya untuk mengembangkan unit sekolahnya, guru - gurunya dalam mengajar dan mendidik siswa maupun para siswanya dalam menyerap ilmu dan mengembangkan bakat.

Maka Perguruan Istiqlal tampil beda dengan sistem yang jauh dari keadaan di atas.

Bagaimana perkembangan Perguruan Istiqlal Delitua yang Bapak pimpin dari dulu hingga sekarang ini !

Perkembangan Perguruan Istiqlal, Alhamdulillah, seperti yang kita saksikan sendiri. Dari unit sekolah yang semula hanya 3 unit sekarang menjadi 4 unit. Jumlah siswa yang awalnya sekitar 1000 orang siswa, sekarang sudah 3000 lebih. Prestasi siswanya juga selalu unggul baik dalam pencapaian Hasil Ujian Nasional maupun dalam mengikuti perlombaan, baik cerdas - cermat dan juga penampilan pergelaran seni.

Apa dasar pemikiran Bapak sehingga mengambil nama Istiqlal sebagai nama perguruan ini !

Ini dia yang menarik ! Istiqlal berarti kemerdekaan. Nama ini diharapkan memang seperti keadaan yang sekarang. Kepala Sekolah memiliki kebebasan untuk mengembangkan unit sekolah masing - masing dan Yayasan sama sekali tidak mencampuri urusan Akademik. Guru memiliki kebebasan mengembangkan Autonomi keilmuannya, dan siswa mempunyai kebebasan mengembangkan bakat dan minatnya.

Sebenarnya, apa sih visi dan misi Perguruan Istiqlal ini, Pak !

Visi Perguruan Istiqlal adalah menjadi perguruan yang bermutu, bermartabat, dicintai masyarakat dan diridhoi oleh Allah SWT. Misi Perguruan Istiqlal adalah melaksanakan pendidikan dan pengajaran dan dakwah Islamiah untuk membentuk manusia yang berilmu, beriman dan bertakwa serta berakhlak mulia agar dapat hidup dan bekerja serta mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi dan keterampilan mereka sesuai ridho Allah SWT.

Bagaimana perkembangan kuantitas dan kualitas siswa dari tahun ke tahun !

Seperti yang saya kemukakan tadi bahwa peningkatan jumlah siswa dari tahun - ketahunnya sangat pesat sehingga Yayasan kewalahan untuk terus membangun ruang kelas baru. Namun berkat do’a kita semua dan ridho Allah setiap tahun masih dapat menyediakan ruangan untuk seluruh siswa. Dari segi kualitas juga Alhamdulillah kita masih termasuk “the best” di Kecamatan Delitua bahkan sekarang sudah “the best” di Kabupaten Deli Serdang. Ini terbukti dari hasil Ujian Nasional (UN) di setiap unit sekolah.

Bagaimana dengan sumber daya manusia tenaga pendidikan !

Ha …, ini lagi, Insya Allah sudah hampir seratus persen guru Istiqlal itu sarjana dan sesuai dengan bidang keilmuan yang diajarkannya. Sekarang ini guru SD saja harus sarjana, konon pula guru sekolah lanjutan tentu saja harus sarjana. Bahkan beberapa orang guru Istiqlal malah mengambil program S-2 untuk meningkatkan kualifikasi ilmunya. Kalau tidak sarjana kan namanya jeruk makan jeruk.

Kira - kira berapa sih jumlah seluruh siswa saat ini ?

Sejauh yang saya sebutkan tadi, bahwa jumlah siswa Istiqlal merupakan yang terbesar di Deli Serdang bahkan mungkin di Sumatera Utara termasuk sekolah negeri. Penerimaan kelas satu saja untuk unit SMP dan SMA setiap tahunnya rata - rata masing - masing 10 kelas, SMK 6 kelas dan MTs 3 kelas, sehingga jumlah seluruhnya saat ini ± 3.250 orang siswa. Tahun ini kita akan membuka program baru yaitu SMK kejuruan Teknologi Informatika yang diperkirakan akan menyerap sekitar 5 kelas.

Apa kira - kira harapan Bapak terhadap perkembangan Yayasan yang Bapak kelola untuk masa yang akan datang ?

ita berharap dan memohon kepada Allah SWT, yang menentukan segala - galanya agar Perguruan Istiqlal menjadi sekolah yang dapat dibanggakan oleh umat Islam dan diridhoi oleh Allah SWT, yaitu maju dan berprestasi disegala bidang dalam nuansa Islami.

Adakah rencana Bapak untuk membuat Perguruan Tinggi di Yayasan ini ?

Rencana itu sudah ada sejak awal pendirian Yayasan ini, tetapi sesuai keadaan sekarang ini rasanya program itu masih jauh karena yang pertama gedung Istiqlal dipakai pagi dan sore dengan kapasitas ‘full house’ tentu tidak kondusif lagi bila kita adakan pada malam hari, dan yang kedua kami tidak ingin ikut serta menyumbang alumni / sarjana yang tidak bermutu karena untuk mendirikan sebuah Perguruan Tinggi memerlukan dana yang tidak sedikit.

Yang terakhir ! Apasih saran dan kritik Bapak buat kami sebagai Tim Redaksi Majalah EKSPRESI agar kami dapat lebih baik lagi dimasa - masa yang akan datang ?

Buat rubrik berbahasa Inggris dan beri kesempatan kepada siswa yang berbakat untuk berekspresi tetapi tetap disensor. Setiap edisi arahkan agar tetap bernafaskan Islami agar mendapat ridho Allah SWT.

Monday, March 5, 2007

Urgensi Pendidikan Agama Bagi Anak Oleh : Drs.H. M. EffendI Barus


Drs. H. Mochtar Effendi Barus

URGENSI PENDIDIKAN AGAMA BAGI ANAK

Rekan Pembaca, Profil Tamu Kita edisi kedua ini adalah Bapak Drs. H. Mochtar Effendi Barus. Ditemui di ruang kerjanya, tim reporter Ekspresi berhasil mewawancarainya. Beliau pun banyak berkomentar tentang pentingnya pendidikan agama bagi anak sesuai dengan tema yang ditawarkan oleh tim redaksi. Yuk, kita simak !

Mendengar namanya disebut, Drs. H. Mochtar Effendi Barus,orang-orang lebih banyak mengenalnya sebagai muballigh atau setidaknya eksistensinya Bapak kelahiran Delitua 8 Januari 1954 dikenal masyarakat sebagai tokoh pendidikan. Sebab, selain bertugas sebagai Kepala Madrasah Tsanawiyah Istiqlal Delitua, Bapak dari satu orang putra ini meluangkan waktunya berdakwah di mana-mana.

Pak Barus, demikian panggilan akrabnya, beliau adalah lulusan IAIN Sumatera Utara Fakultas Syariah Tahun 1979. Mulai mengajar dan mendidik anak bangsa sejak tahun 1970-an. Pernah aktif Pengurus Himpunan Mahasiswa Islam (HMI). Pengalaman Organisasi HMI pun membuat pengagum Prof. DR. Quraish Shihab ini semakin matang dalam berdakwah.

Pak Barus yang doyan makan Kari Kambing dan minum susu ini memiliki hobi kental membaca Al-Qur’an. Kepada tim reporter,sosok tokoh pendidik yang berwibawa ini banyak bercerita tentang pentingnya pendidikan agama yang mendalam bagi anak. Berikut petikan wawancaranya :

Pak Barus, sudah berapa lama Bapak bertugas mengajar di Perguruan Istiqlal ?

Saya mengajar di Perguruan Istiqlal Delitua sudah 15 tahun. Dimulai tahun 1992.

Bagaimana menurut Bapak Pendidikan Agama bagi anak saat ini ?

Pendidikan anak saat ini menurut saya sangat kurang. Sekarang anak banyak dimanjakan dengan hal-hal yang kurang membangkitkan semangatnya untuk mempelajari ilmu keagamaan. Berbeda dengan zaman dulu, orangtua benar-benar mengkondisikan anak untuk sholat, mengaji, nasyid bahkan barjanzi.

Apa kira-kira faktor penyebabnya, Pak ?

Saya fikir, kurangnya perhatian yang serius bagi orangtua terhadap perkembangan dan kebutuhan agama anak, ditambah lagi faktor lingkungan sosial anak yang cukup memperihatinkan.

Bagaimana seharusnya peran orangtua ?

Ya, orangtua harus memberi keteladanan bagi anak. Bila orangtua menyuruh sholat, maka ia harus menjadi pelopor atau pemimpin pelaksanaan sholat tersebut. Membaca Al-Qur’an bersama-sama anak dan menjadi sahabat bagi anak dalam memecahkan permasalahan anak.

Berkaitan dengan tugas Bapak nih sebagai kepala MTS, bagaimana animo masyarakat mempercayakan anaknya pada madrasah ?

Saya rasa mengalami penurunan dari tahun ke tahun. Orang tua cukup dingin mempercayakan anaknya untuk belajar agama lebih mendalam. Padahal hemat saya, pendidikan dan pembentukan akhlaq bagi anak cukup diberikan. Terlebih lagi bekal agama bagi mereka untuk melanjut ke tingkat yang lebih atas.

Apa saran-saran Bapak kepada Pemerintah terhadap pengembangan mutu pendidikan Madrasah Tsanawiyah ?

Pertama, Kurikulum Tsanawiyah hemat saya perlu dispesifikasi kembali per-kompetensi.. Artinya tidak mengonsentrasikan mata-mata pelajaran keagamaan dalam hanya satu paket, misalnya Pendidikan Agama Islam (PAI). Kedua, madrasah perlu mendapat perhatian khusus baik itu berupa pemberian bantuan dan persejajaran kelembagaan dengan umum. Ketiga, peningkatan anggaran demi peningkatan kualitas pula. (GM / RAF)

Thursday, March 1, 2007

Cover Majalah Ekpresi Perdana, dan Kedua



Cool Slideshows
WIB

INFORMASI BEASISWA

   

TEMAN TEMAN BLOGGERS

::A::     • A Decent Man   • A. Fatih Syuhud Blog   • Ahmad Qisai Blog   • Alif.Jepara    bull; ARies Blog   ::B::     • Bintang Emirates Arab   ::C::     ::D::     • Didiet Malang   ::E::     ::F::     • Ferry Zuljanna Blog   ::G::     ::H::     • Hasbi Assidiqi Blog   • Hery Martono Blog   ::I::     • Indhy Blog   • Irwansyah Yahaya Blog   ::J::     • Joni Rahalsyah Putra Blog   • Jfun Blog   ::K::     • Khairurrazi Blog   • Komering Blog   ::L::     • Lenny Gusman Blog   • Linda Blog   • Lukman Nul Hakim Blog   • LitComposer   ::M::     • Muchlis Zamzami Blog   • Music From The Heart   ::N::     ::O::     • Otomotive   ::P::     • Perguruan Istiqlal Delitua Medan   • Perguruan Pencak Silat Beksi Blog   • Purwarno Hadinata Blog (The World of Language)   ::Q::     ::R::     • Rini Ekayati Blog   • Rizqon Khamami Blog   • Rini Aisyah Blog   ::S::     • Sabudi Prasetyo Blog   • Saifullah Hayati Nur Blog   • Saiful Matondang Blog   • Syahrizal Pulungan Blog   • Suara Hati Seorang Perempuan   ::T::     • Meytia Mutiara (Tia)   • The Composed Gentleman Blog   • Tylla Subijantoro Blog   • The Thoughts   ::U::     ::V::     ::W::     ::X::     ::Y::     • Yunita Ramadhana Blog   ::Z::     • Zamhasari Jamil Blog   • Zulfitri Blog  

TIPS dan TUTORIAL MEMBUAT BLOG BAGI PEMULA

•[1]Membuat Blog   •[2]Cara Praktis Promosi Blog (1)   •[3]Cara Praktis Promosi Blog (2)   •[4]Beasiswa Google Adsense   •[5]Kiat Membuat Abstraksi di Blogspot   •[6]Arsip Pull-Down   •[7]Permasalahan Posting Abstraksi   •[8]Pasang Foto di Profile Blogspot    •[9]Memaksimalkan Kerja Blogger   •[10]Membuat Link di Posting & Window Baru   •[11]Aksesoris Blog •[12]Apa itu Feed, RSS dan XML? •[13]Technorati: Direktori blog, Tag & Bookmark Online •[14]Supaya Di-Index Google: Google Sitemaps •[15]Mengapa Juwono Sudarsono nge-Blog •[16]Cara Daftar Google AdSense •[17]Google AdSense Referral •[18]Aggregator Blog Indonesia •[19]Membuat Link di Sidebar •[20]Membuat Menu Pull-Down di Sidebar •[21]Blogger Versi Baru (BETA) •[22]Mengapa Blog Melorot •[23]Daftar Iklan Adbrite •[24]Cara Membuat Marquee •[25]Tip Menulis di Blog •[26]Cara Pasang Kode HTML/Javascript di Blogger Beta •[27]Pasang "Recent Comments" di Sidebar