Urgensi Pendidikan Agama Bagi Anak Oleh : Drs.H. M. EffendI Barus
Drs. H. Mochtar Effendi Barus
URGENSI PENDIDIKAN AGAMA BAGI ANAK
Rekan Pembaca, Profil Tamu Kita edisi kedua ini adalah Bapak Drs. H. Mochtar Effendi Barus. Ditemui di ruang kerjanya, tim reporter Ekspresi berhasil mewawancarainya. Beliau pun banyak berkomentar tentang pentingnya pendidikan agama bagi anak sesuai dengan tema yang ditawarkan oleh tim redaksi. Yuk, kita simak !
Mendengar namanya disebut, Drs. H. Mochtar Effendi Barus,orang-orang lebih banyak mengenalnya sebagai muballigh atau setidaknya eksistensinya Bapak kelahiran Delitua 8 Januari 1954 dikenal masyarakat sebagai tokoh pendidikan. Sebab, selain bertugas sebagai Kepala Madrasah Tsanawiyah Istiqlal Delitua, Bapak dari satu orang putra ini meluangkan waktunya berdakwah di mana-mana.
Pak Barus, demikian panggilan akrabnya, beliau adalah lulusan IAIN Sumatera Utara Fakultas Syariah Tahun 1979. Mulai mengajar dan mendidik anak bangsa sejak tahun 1970-an. Pernah aktif Pengurus Himpunan Mahasiswa Islam (HMI). Pengalaman Organisasi HMI pun membuat pengagum Prof. DR. Quraish Shihab ini semakin matang dalam berdakwah.
Pak Barus yang doyan makan Kari Kambing dan minum susu ini memiliki hobi kental membaca Al-Qur’an. Kepada tim reporter,sosok tokoh pendidik yang berwibawa ini banyak bercerita tentang pentingnya pendidikan agama yang mendalam bagi anak. Berikut petikan wawancaranya :
Pak Barus, sudah berapa lama Bapak bertugas mengajar di Perguruan Istiqlal ?
Saya mengajar di Perguruan Istiqlal Delitua sudah 15 tahun. Dimulai tahun 1992.
Bagaimana menurut Bapak Pendidikan Agama bagi anak saat ini ?
Pendidikan anak saat ini menurut saya sangat kurang. Sekarang anak banyak dimanjakan dengan hal-hal yang kurang membangkitkan semangatnya untuk mempelajari ilmu keagamaan. Berbeda dengan zaman dulu, orangtua benar-benar mengkondisikan anak untuk sholat, mengaji, nasyid bahkan barjanzi.
Apa kira-kira faktor penyebabnya, Pak ?
Saya fikir, kurangnya perhatian yang serius bagi orangtua terhadap perkembangan dan kebutuhan agama anak, ditambah lagi faktor lingkungan sosial anak yang cukup memperihatinkan.
Bagaimana seharusnya peran orangtua ?
Ya, orangtua harus memberi keteladanan bagi anak. Bila orangtua menyuruh sholat, maka ia harus menjadi pelopor atau pemimpin pelaksanaan sholat tersebut. Membaca Al-Qur’an bersama-sama anak dan menjadi sahabat bagi anak dalam memecahkan permasalahan anak.
Berkaitan dengan tugas Bapak nih sebagai kepala MTS, bagaimana animo masyarakat mempercayakan anaknya pada madrasah ?
Saya rasa mengalami penurunan dari tahun ke tahun. Orang tua cukup dingin mempercayakan anaknya untuk belajar agama lebih mendalam. Padahal hemat saya, pendidikan dan pembentukan akhlaq bagi anak cukup diberikan. Terlebih lagi bekal agama bagi mereka untuk melanjut ke tingkat yang lebih atas.
Apa saran-saran Bapak kepada Pemerintah terhadap pengembangan mutu pendidikan Madrasah Tsanawiyah ?
Pertama, Kurikulum Tsanawiyah hemat saya perlu dispesifikasi kembali per-kompetensi.. Artinya tidak mengonsentrasikan mata-mata pelajaran keagamaan dalam hanya satu paket, misalnya Pendidikan Agama Islam (PAI). Kedua, madrasah perlu mendapat perhatian khusus baik itu berupa pemberian bantuan dan persejajaran kelembagaan dengan umum. Ketiga, peningkatan anggaran demi peningkatan kualitas pula. (GM / RAF)
0 Comments:
Post a Comment
Subscribe to Post Comments [Atom]
<< Home